Kortikosteroid “Si Obat Dewa”

Obat dewa. Itulah sebutan yang biasa dialamatkan kepada golongan obat yang satu ini : kortikosteroid.Kortikosteroid yang beredar di Indonesia di antaranya dexamethasone, betamethasone, methylprednisolone, prednisone, dan triamcinolone. Kemampuannya untuk memberikan efek cespleng pada berbagai keluhan-keluhan yang umum terjadi membuatnya menjadi semacam konsumsi wajib di kalangan masyarakat awam ketika gejala-gejala yang mengganggu muncul. Mulai dari pegal-pegal, nyeri sendi dan pinggang, alergi, asma, dan gatal-gatal bisa disembuhkan, hingga (katanya) membuat badan jadi ‘enteng’. Namun dibalik khasiatnya, ternyata terdapat efek yang berbahaya jika obat ini digunakan asal-asalan. Ikuti terus artikel ini. Continue reading

Memahami Drug Related Problems / Drug Therapy Problems

Oleh : Zulfan Zazuli, S.Farm, Apt.

Apoteker yang bergelut di ranah klinik dan komunitas pastinya (dan sudah seharusnya) akrab dengan istilah yang satu ini : Drug Related Problems / Drug Therapy Problems atau permasalahan terkait obat atau permasalah terkait terapi obat pada pasien. Mari mengenal DRPs / DRPs lebih lanjut!

Continue reading

Bagaimana Cara Menggunakan Inhaler Yang Benar

Oleh : Zulfan Zazuli, S.Farm, Apt

Bagi Anda yang menderita asma kronik dan sering menderita serangan asma mendadak mungkin sudah akrab dengan pereda sesak saat serangan asma berikut : inhaler. Inhaler didesain sedemikian rupa supaya obat dalam bentuk aerosol dapat dihirup lewat mulut. Tujuannya agar sesak dapat diredakan segera. Obat akan langsung bekerja pada bronkus atau saluran nafas yang tersumbat/menyempit sehingga mengurangi efek samping dibandingkan dengan obat yang digunakan dengan diminum. Namun banyak sekali penggunaan inhaler yang kurang tepat, akibatnya efek melegakan pernapasan dari inhaler menjadi kurang optimal. Jadi bagaimana cara menggunakan inhaler yang benar? Baca artikel ini selengkapnya.

Continue reading

Efek Samping ‘Obat Warung’ (Obat Bebas)

Oleh : Zulfan Zazuli, S.Farm, Apt.

Masyarakat Indonesia lazim mendengar dan mengenal istilah ‘obat warung’, yaitu yang ditujukan pada obat-obatan yang dapat diperoleh secara bebas di di pasaran, termasuk di warung-warung pojok gang. Meskipun berstatus obat yang dapat diperoleh dengan bebas tanpa resep dokter dan digunakan ‘hanya’ untuk keluhan yang sifatnya ‘sepele’, ‘obat warung’ tetaplah suatu sediaan obat dengan karakteristik yang khas. Continue reading

Penggunaan Obat-obatan yang Menginduksi Hiperkalemia

Oleh : Zulfan Zazuli, S.Farm, Apt.

 

Secara sederhana, hiperkalemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi ion kalium (K+) dalam serum. Kalium merupakan ion dalam tubuh yang berperan vital dalam jalur ‘komunikasi’  antar sel.Selain itu kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intraseluler (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama. Kurang lebih 80-90% kalium dikeluarkan di urin melalui ginjal. Aktivitas mineralokortikoid dari adrenokortikkosteroid juga mengatur konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi kalium dalam tubuh berada di ekstraseluler sedangkan 50 mmol berada dalam cairan intraseluler.

Konsentrasi kalium normal dalam serum yaitu :

  1. 3,6 – 5,2 mEq/L untuk usia 0-17 tahun.
  2. 3,6 – 4,8 mEq/L pada usia diatas 18 tahun.

Secara klinis,implikasi hiperkalemia adalah perubahan fisiologi pada konduksi saraf, fungsi otot, keseimbangan asam-basa, dan kontraksi otot jantung.

Sebagi informasi tambahan, selain lewat uji lab, gejala hiperkalemia dapat dilihat dari grafik EKG (Elektrokardiogram) pasien yaitu sebagai berikut.

Salah satu penyebab utama meningkatnya kadar kalium adalah asupan obat-obatan yang dapat meningkatkan konsentrasi kalium baik efek dari penggunaan single drug maupun kombinasi obat, diantaranya :

  1. Suplemen kalium (Contoh di pasaran : KSR®)
  2. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitors, seperti captopril, enalapril, dan ramipril
  3. Diuretik hemat kalium seperti spironolactone dan triamterene
  4. Β-blocker, seperti atenolol, propranolol, bisoprolol
  5.  Digitalis jantung, yaitu digoxin.
  6. Sulfametoxazole – trimetoprim.
  7. NSAID (Non-steroid Antiinflamation Drugs) atau obat antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin/asetosal, ibuprofen, meloxicam, diclofenac (baik kalium maupun natrium).
  8. Kombinasi diuretik hemat kalium dan golongan ARB (Angiotensin Receptor Blocker, seperti valsartan, irbesartan, dan telmisartan)
  9. Kombinasi sesama ACE inhibitor
  10. Kombinasi ACE inhibitor dengan suplemen kalium
  11. Kombinasi ACE inhibitor dengan diretik hemat kalium

Pengobatan yang menginduksi hiperkalemia umumnya terjadi pada pasien dengan diagnosis terkait penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, dan heart failure.

 

Peran Apoteker

Apoteker rumah sakit sebagai partner dokter perlu untuk melaksanakan TDM (Therapeutic Drug Monitoring) melalui aktivitas visite bersama tenaga kesehatan lain untuk memastikan pengobatan yang diterima pasien dapat dipertanggungjawabkan risk-benefit ratio-nya sehingga pasien terhindar dari medication error. Selain itu pasien perlu diberikan informasi melalui konseling obat agar pasien menyadari dan waspada betul gejala dari hiperkalemia dan dapat segera melaporkannya kepada dokter atau apoteker.

Berikut adalah tatalaksana ketika pasien mengalami hiperkalemia (aafp.org).

 

Sumber :

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik

Chew, M. Et.al. 2001. Hospital Pharmacy Vol 36. Facts and Comparisons.

aafp.org

wikipedia.org